Toilet



Aku benci dengan kesempurnaan ini, walaupun tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini tapi aku merasahidupku sudah terlalu sempurna untuk ukuran seorang anak sulung di keluarga ku yang tionghoa. Ketiga orang adik ku yang dua orang perempuan dan yang satu laki laki, sangat menghargai ku seperti menghargai baba kusendiri. Sayang nya mereka tak pernah menghargai kesempurnaan ini.

Kehidupan ku sungguh sempurna, mungkin itu yang slalu jadi pembicaraan teman-teman ku, apalagi teman-teman pribumi. Tapi sangat tak di sangka kesempurnaan itu raib hanya dalam waktu yang singkat. Semuanya akan hilang hari ini tanpa di duga duga. Harta, hingga nyawa semuanya habis hari ini, semuanya akan hilang, semuanya akan tiggal masa lalu yang kelam dan susah di lupakan. Namun masih ada yang terselamatkan dari kejadian hari ini. dan yang menyelamatkan adalah sesuatu yang paling ku benci yang ada di rumah mewah ini, sebuah ruangan kusam yang tak layak di pakai lagi dalam rumah ini karena memang sudah ada penggantinya yang lebih baik dan aku sangat senang dengan ruangan yang selalu basah ini. Tapi justru ruangan kusam itu lah yang menjadi saksi hilang nya lima nyawa dan dan menjadi penyelamat satu nyawa. Ruangan kotor dan mejijikan itu akhirnya akan bercerita tentang begitu singkat nya kesempurnaan yang telah di capai dengan upaya yang panjang akan hilang, ruangan sumpek dan yang paling ku benci sejak aku masih kecil, ruangan itu bernama TOILET.

Hari ini aku bolos kuliah dan aku iseng ke gadget shop di kawasa elite LA BONTE. mencari handphone terbaru karna handphone lama sudah mulai jelek. Aku mengendarai jaguar kesayangan ku hari ini berhubung mersedez ku masuk bengkel. Sesampainya di rumah aku melihat baba,mamah,jenny,awie,dan lena. Tak biasanya aku melihat kejadian ini, siang-siang begini biasanya mereka sibuk dengan dunia mereka. Biasanya baba sibuk dengan proyek nya, mamah sibuk dengan berbagai organisasi dan paguyuban tionghoa,jenny sibuk dengan dunia modeling nya, awie juga biasanya slalu di luar jika siang-siang begini bersama teman-teman tim futsal nya, sementara lena lebih sering di sekolah nya. Tapi entah kenapa hari ini mereka ngumpul di rumah, di tambah lagi kepulanganku karena bosan di kampus. Ya Tuhan...... ini sungguh kebetulan. Baba menyapaku dengan bahasa hokian nya, "Tom...lu kok tumben pulang nya cepat" aku bilang lagi gak ada kuliah dan aku yakin baba percaya padaku. "Ko.... ini ada bir kesukaan koko, minumlah...." awie mengajak bergabung. Karena mood ku emang lagi jelek aku menolak ajakan mereka. aku lebih memilih mengurung diri di kamar dan sebaik nya aku harus mandi biar segar.

Sialll....... aku berbicara kotor dalam hati ku karena kesal air mati. Padahal tradisi keluarga ku adalah mandi menggunakan shower, jadi tak ada istilah menampung air di bak. Kekesalan ku menumpuk karena tiba-tiba AC di kamarku mati. Ahhh......... aku mengeluh pada diri sendiri. aku turun kebawah berharap kamar mandi di dapur bisa hidup tapi hasilnya sama saja, mati. Aku heran dengan cara kerja orang-orang yang ada di PAM sana, gak becussss........ karena sudah tak tahan lagi gerahnya, aku teringat dengan ruangan di sebelah gudang, ya mau tak mau aku akan menggunakan toilet. Toilet masih ada sebuah sumur yang menyeramkan yang paling aku benci, dan aku memutuskan untuk mandi di toilet, sambil menggenggam handphone aku beranjak ke toilet.

Oh......my god!!! tempat ini benar-benar menjijikan, ruangan nya pengap, gelap, bauk, dan......ah!!!!! lebih baik aku tak mandi saja, aku heran kenapa keluarga ku masih mempertahankan ruangan ini. Tapi aku benar-benar gerah siang ini, ya sudah lah akhirnya aku masuk di ruangan yang tiap sudut nya di penuhi dengan sarang labalaba. Ketika pertama kali ku injakan kaki ku di ubin toilet ini, aku hampir terpeleset jatuh karena lantainya terlalu licin, ku perhatikan sekitar ruangan ini benar-benar tak layak di gunakan, tempat ini lebih pantas di sebut sarang para iblis, dazzal, dan luzifer. Aku tak mau berlama lama disini, aku melangkah menuju sumur dan mulai menimbah air nya, otak ku tersihir jauh ke neraka ketika mataku melihat kebawah sumur yang gulita dan pekat, mungkin sumur ini sudah tak ada air nya karena sudah terlalu lama tak dipakai candaku dalam hati. Saat aku tengah membasahi badan dengan air hasil timba ini tiba-tiba aku mendengar suara jeritan lena, adik bungsuku melengking bukan main, dia berteriak ammpuun......... tak lama kemudian aku mendengar suara mama berkata "ambillah apa yang kalian mau, tapi tolong jangan kalian sakiti kami" tapi di sambut dengan suara tembakan dttoorrrr........... aku membuang timba dan menghentikan mandiku. Aku tegang, apa yang sebenarnya terjadi dengan mamah dan lena? lalu dimana baba,awie,dan jenny? akuy hanya terpaku di dalam toilet, bertanya apakah yang sedang terjadi.......... tiba-tiba aku mendengar langkah yang begitu cepat seperti orang kejar-kejaran, aku semakin tegang sayup-sayup aku juga mendengar suara baba di iringi pemukulan yang begitu jelas terdengar. Pandanganku mengarah pada handphone mencoba menelfon jenny apa yang sebenarnya terjadi........ tapi ku urungkan niat ku, mungkin mereka juga menyelamatkan diri dan aku tak mau mereka ketahuan hanya karena nada dering hanphone, namun seketika handphone ku bergetar dan aku segera membukanya sebelum nada dering berbunyi. Ada sms dari awie............ "koh........ selamatin diri lu" aku semakin yakin ada yang tak beres di rumah ini. Aku membalas sms awie "apa yang sedang terjadi? kalian gak papa kan?" beberapa menit kemudian sms ku di balas "tinggal kamu yang belum mati, semua harta kami harus dikembalikan" tubuh ku kaku setelah membaca sms balasan itu, jantung ku tak terdeteksi lagi kecepatan degubannya, sekujur tubuh keringat dingin, otak ku hampir tak bisa berfikir, aku ingin keluar saja menantang orang-orang bajingan itu. Mereka telah membunuh semua keluarga ku dan mereka tengah mengincarku aku harus bunuh mereka, aku harus balas perbuatan mereka. Apa salah kami.

Di dalam toilet tua ini aku berlindung dari orang-orang bajingan itu, aku semakin yakin bahwa aku harus keluar dan menantang mereka, lagian aku tak mau membiarkan keluargaku mati sendirian, aku siap mati untuk mereka, aku tak bisa berlama lama di toilet ini, aku tak boleh jadi pengecut yang bersmbunyi di toilet ini. Ketika aku akan beranjak dan menggenggam tuas pintu seakan akan toilet ini bicara padaku, toilet tua ini sepertinya melarang ku. Saat aku segera melangkah aku terpeleset dan terjungkit ke bawah. Aku hanya bisa diam dan diam. Aku menunggu situasi apa yang selanjutnya terjadi. Kembali terjadi langkah-langkah misterius, aku mendengar suara tembakan demi tembakan ke sesuatu benda. Apa sebenar nya terjadi tanya ku dalam hati, dari langkah-langkah yang kudengar aku bisa tebak berapa orang yang sedang mengobrak abrik rumah ku, mereka sekitar tujuh orang. Aku hanya bisa mondar-mandir di toilet busuk ini, aku galau tak mengerti apa yang harus kulakukan, yang paling penting saat ini adalah aku harus bertahan di dalam toilet ini agar tak terdeteksi oleh mereka.
Aka mengintip dari lubang kunci pintu, aku melihat sesuatu yang tak ku sangka-sangka. Aku melihat mamah di gantung terbalik dengan sebuah karet ban di kakinya, ya ampun bagaimana pula dengan kondisi babah dan adik-adik ku???

Aku terduduk di lingkaran sumur tua, memperhatikan sekitar ruangan yang pengap ini, rasa tegang masih meliputi diri, tapi entah mengapa aku tiba-tiba merasa aman di tempat ini. Aku sudah tak peduli dengan apa yang mereka lakukan di rumah ku ini, aku tak peduli mereka menghabisi semua harta keluarga ku, hanya saja aku sulit melupakan apa yang sudah terjadi dengan keluarga ku.
Sudah hampir dua jam aku di tempat ini, jiwa dan otak ku masih saja guncang, langkah-langkah misterius itu masih belum hilang. Aku heran apa yang di cari mereka lagi, dan sebenar nya atas dasar apa mereka melakukan ini di siang-siang bolong pula. Dari pertanyaan itu, tiba-tiba mataku menangkap sebuah benda yang tergantung di dinding ujung sana. Aku meraih benda yang seperti laci itu, kubuka dengan rasa penasaran yang ternyata isinya adalah foto-foto lama keluargaku, foto ketika aku masih bayi, foto babah saat masih jadi pedagang barang-barang bekas, ada juga foto mamah sedang menyusui awie, dan yang paling berkesan adalah foto kami sekeluarga ketika aku dan adik-adik ku masih kecil. Aku duduk diantara mamah dan babah dimana mereka masing-masing memangku awie dan jeni, sementara lena masih dalam perut mama. Aku terharu melihat foto-foto kenangan ini, aku blum pernah sama sekali melihatnya seumur hidup ku. Aku sangat mencintai keluarga ku, dan tanpa sengaja air mataku jatuh menetes di ubin toilet.

Saat aku terhanyut oleh kenangan-kenangan keluarga ku, aku mendengar langkah antagonis menuju toilet ini. Huuussss........... darah ku semakin terasa tak mengalir kali ini, aku akan mati.......pasti aku akn mati kali ini!!!! Aku bersiap siaga dengan kotak foto-foto tadi, aku siap menghadapi orang ini walau hanya dengan sebuah kotak kecil yang mungkin bisa menggegerkan otak nya jika aku mendaratkan nya tak setengah-setengah. Dia semakin mendekat, dan makin dekat........ aku merasakan kaki dia sudah ada di depan toilet, dan kini dia pasti sudah siap mendobrak nya. Namun saat yang bersamaaan kerabat nya memanggil dan berkata "woii..... di sebelah ada cina juga lebih kaya........"
aku berasumsi dalam dua menit mereka pasti sudah meninggalkan rumah ini dan menuju rumah yang dibilang nya tadi. Aku mulai memberanikan diri keluar, kubuka pintu pelan-pelan seraya melangkah pelan-pelan juga. kuperhatikan rumah ku sekarang sudah menjadi tempat angker yang menyeramkan, pemandangan yang ku saksikan benar-benar membuat ku mendendam dan miris. darah bercecer dimana mana, rumah ku hampir kosong akan semua benda. Aku melihat mayat lenna adikku yang masih SMP di telanjangi dengan tubuh yang penuh darah, awie lebih mengenaskan tubuhnya separuh terbakar, mandadak aku menjadi melankolis melihat situasi ini........
Aku takkan lupa akan kejadian ini, kejadian dimana semuanya yang kumiliki habis dalam sekejap, semuanya yang di dapatkan babah dengan perjuangan mulai dari titik nol sebagai pedagang barang bekas raib begitu saja. Kejadian ini tak akan pernah kulupakan di sepanjang usia ku, mata ku menuju kalende,. 14 Mei 1998, menjadi sebuah hari keramat yang menyisakan ketidakadilan.

Dari luar aku melihat masa menuju kemari, dan kali ini lebih banyak lagi, lebih berani, dan lebih antagonis. aku spontan berlari. Aku tak tahu harus apa lagi, tak ada perlindungan di sekitar sini, Toilet.......hanya toilet itu yang bisa menyelamatkan aku, dan aku berlari secepat kilat menuju toilet.

Aku tak tahu harus berapa lama aku bertahan disini, tempat ini sungguh berarti bagiku saat ini, dan semoga akan berarti seterusnya. Telingaku kembali mendengar serbuhan orang-orang yang tak bertanggung jawab menjarahi isi rumah ku, rasa tak mengerti kembali di otakku, mengapa ini terjadi.
Mataku mulai terpejam perlahan, aku harap ini hanya rasa kantuk yang mendalam dan semoga aku masih bisa terbangun lagi di tempat ini di tempat yang ku benci namun berbaik hati melindungi ku,
di Toilet.

0 Response to "Toilet"