Sutradara : Tom Tykwer
Pemain : Ben Whishaw, Francesc Albiol, Gonzalo Cunill
Genre : Drama - Triler
Bahasa : Inggris
Rilis : 2007
Film ini diangkat dari sebuah novel best seller dengan judul yang sama. Murni fiksi memang, namun fiksi yang satu ini cukup unik, berani, dan bagi sebagian orang akan merasa menakutkan. Kisah yang berseting Perancis pada abad ke-18 ini mengusung tema drama triler dengan segala ketidakmasukakalannya walaupun sebenarnya menggunakan penceritaan yang sangat dekat dengan realita.
Sama seperti adikarya kebanyakan yang diangkat dari sebuah novel, film inipun menggunakan narator sebagai pemandu penonton selama film berjalan. Film pun bergerak mulus dengan menggunakan konsep tiga babak pada umumnya, yakni pengenalan tokoh, munculnya masalah, dan penyelesaian masalah. Film dibuka dengan kemunculan sosok pria lusuh dalam sel menanti hukuman, dan beberapa detik kemudian narator akan menarik penonton ke masa silam untuk menceritakan siapa lelaki dalam tahanan itu dan permasalahan apa yang sedang dihadapinya.
Diawal pemutaran, film ini berjalan sangat cepat untuk mengenalkan pada kita riwayat lelaki tadi. Dikisahkan Jean Baptiste Grenouille, lahir ditempat pembuangan ikan dari rahim seorang pedagang ikan pula disebuah pasar yang jorok dan penat. Si ibu berniat membuang Jean, namun sebelum maksudnya itu terlaksana para pengunjung dan pedagang pasar lainnya mencium niat busuk perempuan itu, lalu kemudian menghukum gantung dengan kasus pembuangan bayi.
Jean pun tinggal disebuah panti asuhan, tumbuh dengan diiringi kerasnya kehidupan di panti, mulai dari gangguan fisik hingga mental yang membuatnya lebih senang menyendiri. Dalam kesendirian itu pula Jean menemukan sebuah bakat luar biasa pada dirinya, yaitu penciuman yang sangat kuat. Dia dapat mendeteksi aroma bukan hanya dalam radius satu meter, dua meter, sepuluh kilometer, tapi hingga ratusan kilometer.
Kehidupan Jean semakin luntang-lantung ketika dijual dari tangan ke tangan, hingga akhirnya dia mengabdi pada lelaki tua peracik parfum ternama. Jean yang sudah dewasa belajar pada pak tua cara meracik parfum, dan dengan modal penciuman yang tajam dia bisa mengkombinasikan bahan-bahan parfume untuk menjadi wewangian luar biasa.
Pengenalan masalah pun muncul ketika Jean bereksperimen meracik parfume dengan caranya sendiri dan menggunakan lemak hewan sebagai medianya. Dari sinilah penonton mulai dikejutkan dengan pemandangan ’nyeleneh’ dari praktek pembuatan parfum ala Jean. Awalnya Jean menggunakan jasa PSK untuk melaksanakan uji cobanya ini, sang pelacur ditelanjangi dan seluruh tubuhnya diolesi dengan lemak yang sudah disediakan, namun wanita waras manakah, sekalipun itu pekerja seks mau diperlakukan dengan cara aneh terlebih lagi melihat perkakas Jean yang semuanya benda tajam. Disinilah mulanya Jean menjadi pembunuh berdarah dingin, karena si penjajah nafsu tadi membangkang, sontak Jean membunuhnya guna meraih obsesi wewangian dari tubuh wanita yang di deteksinya. Satu-persatu perempuan yang ada dikota itu dibunuh, ditelanjangi, digunduli, diolesi dengan lemak, lalu kemudian diserut kembali dengan alat kecil yang menyerupai arit. Lemak yang sudah dikikis dari keseluruhan tubuh korbannya, kemudian dicampurkan dengan alkohol, dipanaskan, lalu menghasilkan tetes demi tetes embun dari rebusan itu. Satu tubuh perempuan menghasilkan hanya beberapa mili liter cairan inti yang wanginya luar biasa.
Perbuatan Jean yang sudah membunuh 25 perempuan akhirnya diketahui pemerintah setempat, dan tanpa pikir panjang Jean pun dijatuhi hukuman mati. Pada saat pengeksekusian tiba, ribuan masyarakat dengan antusiasnya menyaksikan hukuman terhadap Jean. Ribuan masyarakat berbondong-bondong memenuhi lapangan tempat penghakiman Jean yang juga dipimpin seorang uskup. Namun siapkah anda pada adegan ini? Ketika Jean tiba dan siap di eksekusi, dia pun mengoleskan sedikit parfum racikannya ke leher dan saputangannya. Dan taukah apa yang terjadi? Semua hadirin yang ada di lapangan tiba-tiba seperti mabuk saat menghirup parfum sang pembunuh, satu persatu mereka menanggalkan pakaian, dan... terjadilah praktek seks massal, bahkan uskup agung pun melakukannya. Semua divisualisasikan secara ekstrem.
Film yang diadaptasi dari novel karya Patrick Suskind ini terbilang mengecewakan. Bukan semata-mata banyaknya adegan ’buka-bukaan’, toh kita sebagai dewasa menganggap hal itu bisa dimaafkan sesuai isi cerita. Namun begitu tidak masuk akalnya jika ribuan masyarakat terhipnotis hingga melakukan hal tak senonoh hanya karena menghirup parfume Jean, bahkan si pembunuh dianggap malaikat dan dibebaskan dari hukuman. Padahal jika kita perhatikan, begitu ”manusiawinya” film ini berjalan dari awal, namun justru ditutup dengan ending yang membuat kening mengkerinyit. Sungguh tidak masuk akal. Atas dasar apa hingga begitu besarnya efek aroma parfum yang diracik Jean menggugah nafsu birahi orang lain.
Maka tak salah pula banyak yang mengatakan film ini kurang berhasil memvisualisasikan cerita novelnya yang walaupun tetap vulgar namun lebih menakutkan, mengerikan, dan meneror pembaca. Sementara film ini hanya menampilkan cara membuat parfum kepada penonton disamping buka-bukaan tanpa ada kesadisan luar biasa seperti yang diharapkan.
Tidak terlalu memuaskan, apalagi bagi pecinta triler-slasher.
3 out of 5 stars.
*JPL*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Perfume "The Story of a Murderer" : Malapetaka Kekuatan Penciuman"
Posting Komentar