Antara Aku Dan Film


Saya! Ya, kata itu bukan hanya mengartikan untuk menunjuk sejauh kurang lebih sepuluh sentimeter ke arah leherku. Tapi ada hal lainnya yang sudah mengurat, mendarahdaging, menghayat, bahkan menulang. Hal itu bagai dawai bagi kehidupanku, pada senar keindahan itulah Aku nantinya menggesek hari-hari dimana Aku bernafas (halaah...) Film! Itulah hal yang melekat padaku. Hal itu bisa dibilang hampir tak pernah lepas dari keseharianku, loh... kok bisa??? Apa lo pengangguran yang bisanya nonton doang?
Heloowww... Apa lo adalah pesepakbola handal hingga lo merasa wajib melihat pertandingan english premier league hingga larut malam? Atau lo adalah chef cantik nan seksi untuk masak buat makan sehari-hari?
Analogi yang pas (mungkin) untuk kasus seperti Aku yang maniak dengan film, upss... maniak disini bukan ke arah negatif hingga merugikan orang lain loh, yah paling cuma berefek keheranan dari orang-orang terdekatku, maklum... soalnya Aku sering khususnya zaman dulu, membeli DVD/VCD atau buku dengan uang yang pas-pasan, itulah yang terkadang membuat orang jadi gregetan sama Aku, hehehehe. Aku ingat dulu satu hari pergi-pulang sekolah harus jalan kaki, nahanin gak ke kantin, hanya demi membeli selingkar disk dalam sebuah kotak yang dibalut kertas kuning bergambar sosok pria lusuh bertuliskan GIE. Aku membawa film itu buru-buru ke rumah dengan mempercepat langkah tentunya, film yang diperankan Nicholas Syahputra itu adalah film yang paling sering Saya tonton sampai sekarang.

Aku tak begitu ingat kapan pertama kali menyukai sebuah film, yang Aku ingat adalah kenapa bisa anak umur 5 tahun sudah ada di gedung bioskop menyaksikan kisah problema orang-orang berkulit putih, bermata sipit, dengan bahasa aneh cang cing cong, syang hai tong, blah.... dan yang membuatku agak bingung adalah benarkah bocah lugu itu adalah Aku? Setelah ku konfirmasi sama orangtua, ternyata dulu ibu ku cukup sering membawa Aku menyaksikan film-film drama china ataupun jepang di layar lebar. Mungkin... meskipun secara tak langsung dimana Aku dulu hanya bisa duduk di temaram studio, menyaksikan gambar-gambar bergerak dengan dialog gak jelas, bisa menangkap keindahan-keindahan film yang membuat Aku betah duduk tenang di bangku cinema, dan mungkin itulah awalnya Aku menjadi begitu candu dan bernafsunya menyaksikan film. Namun disisi lain logika nyelenehku angkat bicara, jangan-jangan sejak Aku menjanin di kandungan ibu, rol-rol seluloid itulah yang melilit dipusaran ku, hehehe..

Dengan menonton kita bisa menangkap pemikiran orang-orang yang berbeda dari kita, dengan film kita bisa membuka wacana dunia, dan dengan bioskop kita bisa menghibur diri ditambah dengan pengetahuan-pengetahuan baru. Kamu akan tahu bahwa kesalahan komunikasi bisa membawa masalah beruntun kemana-mana dengan menyaksikan film Babel, kamu akan melihat kesadisan (namun membuat tersenyum) yahudi menghajar nazi dalam film Inglourious Basterds, kalian juga bisa menyimak paparan perempuan dengan problem poligami dalam film antalogi Berbagi Suami, atau film Chicago yang bukan hanya menyajikan cerita tapi juga menghibur kita dengan nyanyian-nyanyian dan koreo ala opera broadway, tentunya masih banyak lagi ratusan hingga ribuan film-film berkualitas yang sangat layak ditonton.
Aku mulai rajin ke bioskop ketika duduk di bangku es em a, itupun sasaran nonton ditargetkan selalu dan harus hari senin alias nomat alias nyari aman alias cuma bayar sepuluh ribu rupiah dan ga pake jajanan! Tunggu dulu... jangan kira Aku ga bawa jajanan atau bekal makanan seperti orang-orang membawa kantongan plastik penuh yang terkadang membuat Aku numpang nanya dalam hati, ini orang mau nonton apa kemping sih? Lantaran pelit atau ga ada uang. Okeyy... kuakui dulu Aku sering membawa uang pas-pasan ke bioskop, tapi alasan utama ku untuk tidak ngunyah-ngunyah di ruang yang menampilkan adegan-adegan tak terduga adalah karena sangat mengganggu mood menonton, Aku dan teman-teman sering ke bioskop dengan membawa bekal yg sangat berlebihan namun tak satupun bungkusan-bungkusan itu menarik selera ku, jadi itu sudah harga mati bagi ku, jangankan di bioskop, di rumah pun kalau nonton dvd Saya ANTI MAKAN KETIKA MENONTON FILM!

Line story yang Saya suka dalam film adalah drama, triller, dan fiksi fantasi. Hampir semua genre itu mendominasi koleksi dvd ku walaupun ada juga sedikit komedi, horor, dan aksi (kalo memang bagus kenapa ga dimiliki?), tapi nih yaaa... jujur saja semua koleksi dvd ku ga semua yang original, maksudnya banyak juga copy-an dari original nya (bakalan dihajar sama anak-anak forum neh), maklum... keinginan nonton ku terkadang melampaui isi dompet, dan untuk memperkecil resiko ”bokek” ada dua option, download film gratis atau beli copyannya, ga baik sih... dan jangan ikuti cara seperti Aku ini yah, kawan... Suatu saat nanti akan kuganti semuanya dengan yang original.
Satu lagi aib bagi ku dan itu dulu (ingat ya.. itu DULU ketika masih culun di zaman SMA), adalah butanya dengan perfilman internasional, Aku dulu adalah penikmat film indonesia dan berlagak seperti pemerhati film indonesia mengingat sedang jaya nya film nasional pada saat itu, tidak seperti sekarang bioskop kebanyakan di isi oleh penghuni kuburan dan pakaian-pakaian dalam yang sok ngelucu. Alhasil tak satupun film hollywood yang menjadi incaran ku, namun makin hari, seperti biasanya kita selalu diajarkan oleh keadaan dan waktu, makin membuat Aku mencintai film-film berkualitas buatan negara mana pun itu.

Well... bagaimanapun sejarah ku begitu mencintai film, pengalaman lucu ataupun buruk yang dapat kalian tertawai, dan bejatnya Aku karena belom siap membeli ratusan dvd original, film lah yang membuat hari ku berwarna, film yang mengubah pandanganku akan sesuatu hal. Dengan film kita bisa tertawa, menangis, semangat, merenungi, mendapat inspirasi, dan film selalu membuka peluang untuk kita belajar cerdas.
Satu hal yang menjadi obsesi ku adalah bisa terlibat dalam pembuatan film, andaikata jadi tim ”hore”, tukang antar minuman, atau elap keringat sutradaranya juga Aku jabanin sebagai tantangan dan memenuhi ambisiku untuk dunia perfilman, bukannya apa-apa, tapi menghasilkan sesuatu yang kita terlibat didalamnya apalagi FILM, hal yang sangat Aku cintai, ada kepuasan tersendiri yang tak dapat digantikan dengan apapun. Tapi sepertinya untuk saat ini rezeki ku masih sebagai penonton bioskop doang, ya... itu juga bagian dari suksesnya sebuah film loh... hehehehe.
Mudah-mudahan saja terlaksana.

2 Response to "Antara Aku Dan Film"

  1. Cha says:
    6/15/2010 11:39 AM

    hahaaa...teruskan curhatanmu! :p

  2. Junior Panda Limbong says:
    6/17/2010 3:31 AM

    curcol, hahaha...