Sutradara : Nick Cassavetes
Pemain : Cameron Diaz, Abigail Breslin, Sofia Vassilieva, Jason Patric, Alec Baldwin
Genre : Drama
Bahasa : Inggris
Rilis : Juni 2009
Semua orangtua akan berusaha melakukan yang terbaik untuk anaknya. Segala upaya akan ditempuh demi mengatasi sesuatu yang dianggap bermasalah terhadap sang buah hati. Terlebih lagi permasalahan itu muncul dari sebuah penyakit ganas yang tertanam sejak kecil. Pasti! Orangtua manapun pasti akan rapuh menghadapi kenyataan salah seorang anaknya mengalami penyakit serius bahkan mematikan. Berbagai alternativ dicoba untuk menyudahi penyakit itu, mulai dari obat penenang, penahan rasa sakit, hingga upaya pendonoran organ tubuh. Namun sebuah kenyataan baru menjadi permasalahan baru pula, bahwa sejatinya pun ayah kandung, ibu kandung, dan saudara kandung tak menjamin kecocokan human leukocyte antigen (HLA) terhadap keturunan lain -hanya ada 1 dari 200 kemungkinan- hingga opsi pendonoran yang direncanakan orangtua pun mustahil dilakukan. Tapi sekali lagi bahwa ikhitar orangtua bisa menembus segalanya demi kenormalan anaknya. Maka solusi baru pun ditemui, dengan saran dari dokter untuk membuat keturunan baru secara instan guna memastikan kecocokan HLA untuk si anak. Dengan menyatukan sperma dan sel telur maka dapat dilakukan diagnosis preimplentasi genetik untuk menyeleksi embrio mana yang cocok dengan genetik si anak. Dan dilaksanakanlah program bayi tabung.
Seperti itulah sedikit gambaran film My Sister’s Keeper besutan sutradara Nick Cassavetes. Anna (Abigail Breslin), diusia pra remajanya menyewa pengacara nomor satu di California untuk menuntut kedua orangtuanya ke meja hukum lantaran sudah merampas hak atas tubuhnya seumur hidup, sementara kedua orangtua Anna mengelak dengan dalil bahwa usia yang berhak memutuskan adalah 14 tahun, sementara Anna masih berusia 13 tahun. Anna dilahirkan dari program bayi tabung untuk dijadikan cadangan kakaknya, Kate yang menderita leukemia akut. Sejak lahir Anna sudah mengalami pengambilan darah tali pusat, transfusi sel darah putih, sumsum tulang belakang, limposit, suntikan untuk menambah sel, dan kemudian diambil kembali untuk diberikan pada Kate. Seperti itulah Anna menjalani hidupnya, lahir untuk dijadikan sebagai suku cadang untuk sang kakak. Seperti yang diungkapkannya, bahwa ia tak akan lahir jika kakaknya tak sakit.
Masalah semakin rumit ketika ginjal Kate (Sofia Vassilieva) rusak. Itu artinya ginjal Anna segara diambil satu. Disinilah puncaknya Anna memberontak, rasa cintanya terhadap sang kakak tak pelak harus membuatnya menidaknyamankan diri. Dan ia pun menemui pengacara ternama, Alexander ( Alec Baldwin). Konflik yang menjadi penting selain konflik batin atara kakak beradik Kate-Anna, tentunya berada dibagian pengadilan dimana penuntut bertemu tertuntut. Ibu Anna, Sara (Cameron Diaz) yang di interogasi hakim atas laporan puteri kecilnya menjadi adegan yang membuat kita terengah-engah atas dialog-dialog tajam namun menyentuh. Disini pula lah kenyataan baru terkuak, ada motivasi lain dari Anna atas tuntutannya itu.
Film yang diangkat dari novel best seller Jodi Picoult ini dapat dikatakan sangat menguras airmata. Kualitas nyatanya dapat dirasakan dari unsur yang selain menghibur tentu saja juga sarat pesan moral. Meninggalkan kesan bahwa tak seharusnya orangtua mengotak-ngotakan kualitas anak sehingga muncul kata penting dan tidak penting. Bahwa hakikatnya sang anak juga punya hak, punya kebebasan memilih, punya impian. Sekalipun itu bayi rancangan (meminjam istilah Anna yang kerap kali ia katakan) berdasarkan program bayi tabung, seharusnya dapat disadari bahwa sekarang ini ia adalah manusia bernyawa yang memliki akal fikiran.
Walau sebegitu hebatnya pun kualitas dan esensi cerita yang ditawarkan gambar bergerak ini justru tak diikuti oleh akting yang prima dari bintang yang menjadi jualan film ini. Ya, akting Cameron Diaz, salah satu aktris termahal Hollywood ini rasanya tenggelam oleh kualitas akting dari dua bintang utama lainnya, Sofia Vassilieva dan Abigail Breslin. Lieva yang penampilan bersinarnya didukung oleh make up yang sangat luar biasa mampu menyentuh hati penonton tanpa ia bicara sekalipun. Ditambah dengan totalitas memplontoskan kepalanya membuat aktris muda ini paling berpengaruh menguras hati sebagai pengidap leukemia. Breslin pun demikian, tak diragukan lagi bahwa gadis berusia 14 tahun ini sudah menjadikan adegan berceceran airmata sebagai sarapannya. Pernah berpeluang meraih predikat aktris pendukung terbaik di oscar ke 79 lewat penampilan ciamiknya di Little Miss Sunshine, semakin membuatnya bisa membuktikan diri bahwa ia pun layak diperhitungkan dikancah perfilman dunia lewat My Sister’s Keeper. Namun tidak setali tiga uang dengan Diaz, salah satu personil di film jagoan seksi Charlie’s Angels ini justru tak sebaik junior-nya, disini Diaz terkesan berakting labil. Disatu scene ia menampilkan performa hebat, namun di scene lain ia terkesan berakting nanggung. Padahal dialah yang jadi jualan utama film produksi New Line Cinema ini.
Namun secara keseluruhan film ini sangat patut diapresiasi melihat kualitas dan ceritanya. Meski tak diperhitungkan di ajang Academy Awards tahun lalu, Film yang skenarionya ditulis Jeremy Leven (yang juga mengadaptasi novel fenomenal The Notebook) ini, sungguh tak salah untuk saya rekomendasikan buat anda yang membaca review ini. Terlebih penekanan inti di film ini adalah mengemukakan bahwa seorang anak juga punya hak, dan juga menggambarkan betapa segalanya akan ditempuh orangtua sebagai pengejawantahan kasih sayang untuk kebahagiaan anak-anaknya walaupun terkadang melampaui akal sehat.
3 out of 5 stars.
*JPL*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "My Sister's Keeper : Sebuah Rancangan Orangtua"
Posting Komentar